9 mei 2014
Jarum
jam terus berpacu dengan waktu, dengan sekuat tenaga ia seret sang mentari tuk
terus mengitari bumi memerikan tanda, memberikan cahaya dan kehangatannya.
Jarum jam tak henti-hentinya terus memperingatkan pada sang surya tuk selalu
melaksanakan tugas yang di embannya, tugas yang telah dibebankan selama
puluhan, ratusan, ribuan, jutaan, bahkan milliaran tahun yang lalu, dan sekama
itu pula lingkaran waktu terus mengikutinya. Pernah sesaat dipertengahan tahun
ketika matahari berada di titik terjauh dari bumi dan malam bergulir tak
seperti biasanya, kali ini terasa lebih lama dan saat itu lah dimana saat-saat
jarum jam akan merindukan sang surya, ia ingin segera membangunkan dan
menyeretnya ke permukaan ufuk timur sana untuk melaksanakan tugasnya.
Tak
berbeda dengan sang mentari, rembulanpun mumiliki kawan dan pengingat setia.
Kawan yang selalu menemani kala ia menjalankan tugas, kawan yang selalu
menghiburnya ketika kawanan awan hitam menyelimuti raut wajahnya. Kawan yang
selalu hadir ketika mentari mulai tenggelam di ufuk barat sana dan kegelapan
malam mulai pekat. Bintanglah kawan setia bagi sang rembulan dalam kesunyian,
dan dinginnya embun malam. Ketika nyanyian binatang-binatang malam mulai
hingar-pingar berpadu dengan dengkuran tubuh yang telah lelah seharian berjuang
melawan panasnya terik sang mentari. Nyanyian-nyanyian inilah yang menjadi
pengiring bagi tarian-tarian rembulan dan bintang ketika malam mulai larut.
Mereka habiskan sepertiga malam dengan canda dan tawa kebahagiaan dan
persahabatan, seakan mereka sangat ingin menggenggam jarum jam agar dia tak
lagi berputar dan tak lagi menginginkan
sang mentari terbit mengakhiri kebersamaan mereka.
No comments:
Post a Comment