Sunday, 5 October 2014

BENTUK ORBIT DAN GERAK BENDA LANGIT DALAM ORBIT DI HUKUM KEPLER



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Seperti teori yang telah diungkapkan oleh Aristarcus yang kemudian dipopulerkan oleh Nicolas Copernicus bahwa “yang menjadi pusat tata surya adalah matahari dan planet-planet berputar mengelilingi matahari”, tentu akan timbul pertanyaan seperti apakah bentuk lintasan planet-planet guna mengelilingi matahari. Dalam pembahasan orbitpun terdapat teori yang diungkapkan oleh johannes kepler yang menjelaskan perihal pergerakan planet peda orbitnya. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami akan mengulas beberapa permasalahan tentang hal di atas. Untuk mempermudah dalam pembahasan kami membuat beberapa rumusan masalah sebagaimana tertera pada poin B.

B.   Rumusan Masalah
1.     Bentuk Orbit
2.     Garak  Benda Langit Pada Orbit di Hukum Kepler

BAB II
PEMBAHASAN

1.     Bentuk Orbit
Berdasarkan pendapat para ilmuan astronomi tentang mataharilah yang menjadi pusat tata surya dan planet berputar mengelilinginya, pastinya kita ingin mengetahui seperti apakah bentuk lintasan perputaran planet mengelilingi matahari. Para Ilmuwan banyak yang berpendapat bahwa bentu orbit Planet-planet adalah ellips. Pernyataan bahwa bentuk lintasan planet mengelilingi Matahari adalah ellips pertamakali diungkapkan oleh astronom Johannes Kepler pada tahun 1609. Pada saat itu Kepler merupakan asisten sekaligus rekan kerja dari astronom besar Tayco Brache. Kepler mangungkapkan bahwa bentuk orbit adalah ellips sesuai dengan hukum pertamanya yang berbunyi “ planet-plane mengitari matahari menurut lintasan yang berbentuk ellips dengan matahari disalah satu titik apinya”. Lintasan planet hanya sedikit menyimpang dari bentuk lingkaran sejati atau dengan kata lain aksitensitas ellips kecil.[1] Dalam pandangan Johannes Kepler bahwa planet-planet yang beredar itu terikat pada persyaratan tertentu, maka dari sinilah Kepler menggunakan tiga buah hukum yang salah satunya tersebut di atas.
Walaupun bisa menjelaskan bahwa orbit sebuah planet dalam mengelilingi Matahari adalah berupa ellips, namun Kepler tidak tahu mengapa berbentuk ellips dan bukannya lingkaran sempurna, meskipun dalam geometri bentuk ellips merupakan variasi dari lingkaran sempurna. Barulah setelah Sir Isaac Newton mengungkapkan bahwa gravitasilah yang bertanggung jawab tentang bentuk ellips orbit pada bukunya yang berjudul Philosophiae Naturalis Principia Mathematica pada tahun 1686.[2]
Pada waktu itu, hukum Kepler ini dianggap klaim radikal, karena yang berlaku kepercayaan (terutama di epicycle berbasis teori) adalah bahwa orbit harus didasarkan pada lingkaran yang sempurna. Teori Kepler sangat bertentangan dengan teori yang diyakini di masa itu, yaitu teori yang dikemukakan oleh ptolomeus mengatakan bahwa “semua benda langit bergerak melingkari sabuah titik, dan lintasan benda ini disebut epicycleEpiclycle bergerak dalam lingkaran lebih besar yang disebut deferent. Bumi bukan pusat deferent , melainkan terletak tidak terlalu jauh dari pusat deferent.”[3]

Ketika planet-planet bergerak maka akan menghasilkan lintasan seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:
Hukum Kepler yang kedua berbunyi “setiap Planet bergerak sedemikian sehingga suatu garis khayal yang ditarik dari Matahari ke planet tersebut mencakup daerah dengan luas yang sama dalam waktu yang sama”.[4] Oleh sebab itu kecepatan Bumi mengelilingi Matahari berubah tergantung jarak Bumi ke Matahari.
Hukum Kepler yang ketiga “pangkat dua waktu peredaran sebuah planet mangitari Matahari berbanding lurus dengan pangkat tiga jarak rata-rata planet tersebut ke Matahari”.
2.     Garak  Benda Langit Pada Orbit di Hukum Kepler
Hukum Kepler pertama: “Lintasan Setiap planet mengelilingi Matahari merupakan sebuah ellips, dengan Matahari terletak pada salah satu fokusnya”. Secara geometris sebuah lingkaran dan ellips merupakan bangun kurva tertutup yang serupa, hanya dibedakan oleh nilai eksentrisitas (kelonjongan). Dalam ellips, eksentrisitas bernilai antara 0 hingga 1 sehingga terdapat dua pusat (fokus) dan dua sumbu, yakni sumbu utama dan sumbu minor. Eksentrisitas dalam ellips merupakan rasio antara selisih jarak kedua pusat dengan setengah sumbu utamanya. Semakin besar eksentrisitas sebuah ellips, semakin besar jarak antara kedua pusatnya sehingga semakin panjang pula sumbu utamanya dibandingkan sumbu minor, yang membuat ellips semakin lonjong. Sebaliknya semakin kecil eksentrisitasnya, semakin kecil pula jarak antara kedua pusatnya sehingga semakin kecil pula sumbu utamanya dibandingkan sumbu minor, yang membuat ellips semakin melingkar.
 Ellips merupakan sebuah kurva tertutup sedemikian sehingga jumlah jarak pada sembarang titik P pada kurva itu ke dua titik yang tetap (disebut fokus, F1 dan F2) tetap konstan. Yaitu, jumlah jarak F1 P+F2 P tetap sama untuk semua titik pada kurva.[5]
Hukum Kepler kedua berbunyi “setiap Planet bergerak sedemikian sehingga suatu garis khayal yang ditarik dari Matahari ke planet tersebut mencakup daerah dengan luas yang sama dalam waktu yang sama”.[6] Karena itulah Bumi mengelilingi Matahari dengan kecepatan sesuai jaraknya ke Matahari. Pada titik Perihelium Bumi mempnyai laju tercepat dan di titik Aphelium Bumi mempunyai laju terlambat.[7]
keterangan: Dua daerah yang diarsir mempunyai luas yang sama. Planet bergerak dari titik 1 ke titik 2 dengan waktu yang sama dengan geraknya dari titik 3 ke titik 4. Planet bergerak paling cepat pada bagian orbitnya yang paling dekat dengan Matahari, dan paling lambat pada bagian orbitnya yang paling jauh dengan Matahari.[8]
Hukum Kepler ketiga berbunyi “pangkat dua waktu peredaran sebuah planet mangitari Matahari berbanding lurus dengan pangkat tiga jarak rata-rata planet tersebut ke Matahari”. Maka dari hukum Kepler yang ketiga ini, stidaknya memberikan gambaran bahwa waktu edar atau priode revolusi sebuah Planet mempunyai hubungan dengan jarak rata-rata Planet tersebut dengan Matahari.
 Hukum Kepler yang ketiga ini dipublikasikan sepuluh tahun setelah hukum kesatu dan kedua pada tahun 1609, setelah Kepler selesai menganalisis data posisi planet–planet hasil observasi Tyco Brahe selama bertahun–tahun yang tercetak dalam “Rudolphine Tables”
Jika T adalah waktu peredaran Bumi mengelilingi Matahari dan dinyatakan dengan satuan tahun dan R adalah jarak rata-rata Bumi ke Matahari dinyatakan dengan AU (satuan Astronomi) maka persamaan di atas akan menjadi:
Sebagai contoh jika Bumi memiliki jarak rata-rata ke Matahari 3,5 AU maka:



BAB III
1.     Kesimpulan
Pernyataan bahwa bentuk lintasan planet mengelilingi Matahari adalah ellips pertamakali diungkapkan oleh astronom Johannes Kepler pada tahun 1609. Pada saat itu Kepler merupakan asisten sekaligus rekan kerja dari astronom besar Tayco Brache.
Hukum Kepler yang pertama berbunyi “planet-plane mengitari matahari menurut lintasan yang berbentuk ellips dengan matahari disalah satu titik apinya”.Hukum kedua berbunyi “setiap Planet bergerak sedemikian sehingga suatu garis khayal yang ditarik dari Matahari ke planet tersebut mencakup daerah dengan luas yang sama dalam waktu yang sama”. Hukum Kepler ketiga berbunyi “pangkat dua waktu peredaran sebuah planet mangitari Matahari berbanding lurus dengan pangkat tiga jarak rata-rata planet tersebut ke Matahari”.

2.     Penutup
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Giancolli, Fisika Jilid 1, edisi kelima.
Slamet Hanbali, Pengantar Ilmu Falak Menyimak Proses Pembentukan Alam Semesta. Jawa Timur. Bismillah Publiser. 2012,
http//dziyaulfa.files.wordpress.com/2013/12/kepler 2. Di akses pada tanggal 02-04-2014
 http//rppratio.files.wordpress.com. di akses pada tanggal 02-04-2014
Disusun Oleh: Asshidiq achmad dan M Rifqi Hasan

[1] Slamet Hanbali, Pengantar Ilmu Falak Menyimak Proses Pembentukan Alam Semesta, Bismillah Publiser, Jawa Timur, 2012, hal.188
[2] http//dziyaulfa.files.wordpress.com/2013/12/kepler 2. Di akses pada tanggal 02-04-2014
[3] http//rppratio.files.wordpress.com di akses pada tanggal 02-04-2014
[4] Giancolli, Fisika Jilid 1, hal.157
[5] Giancolli, Fisika Jilid 1, hal.156
[6] Ibid,
[7] Slamet Hanbali, Pengantar Ilmu Falak Menyimak Proses Pembentukan Alam Semesta, hal.189
[8] Giancolli, Fisika Jilid 1, hal.156

No comments: