BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Setiap
harinya kita terus dan terus menerus melakukan shalat, shalat merupakan suatu
ritual yang pokok dalam islam karena dengan shalatlah islam berdiri. Dari kita
mungkin belum mengetahui tentang sejarah shalat dan mungkin sebagian yang lain
telah mengetahuinya, oleh karenanya untuk memberi sedikit pengetahuan perihal
sejarah tentang disyariatkannya shalat dalam makalah ini kami akan membahas
sedit tentang hadits-hadits sejarah dan hukum shalat. Untuk menunjang
keserasian pembahasan dengan latar belakang kami membuat beberapa pokok rumusan
masalah.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi Shalat
2. Biografi Perawi
3. Sejarah Shalat
4. Hukum Sholat
BAB II
PEMBAHASAN
1.
DEFINISI SHALAT
Menurut
mayoritas ahli bahasa,shalat artinya doa, sebagaimana dikatakan:
صليت عليه أي دعوت له
Saya
shalat atasnya:
Artinya saya berdoa untuknya.
Pengertian shalat yang berarti berdoa
ini tercantum dalam
Al-Qur’an dan hadis. Dalam firman Allah disebutkan:
وصل عليهم إن صلا تك سكن
لهم والله سميع عليم
“Dan
doakanlah mereka, sesungguhnya doamu menentramkan mereka. Dan Allah itu Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Surat At-Taubah: 103
Dalam
sabda Rasulullah disebutkan:
إذا دعى أحدكم فليجب فإن
كان صائمافليصل وإن كان مفطرا فليطعم
Apabila seorang diantara kamu diundang,
hendaklah ia datang, jika ia sedang shaum, doakanlah,dan jika tidak shaum,
hendaklah ia makan.
Adapun
shalat menurut syara’ adalah:
عبادة تتضمن أقوال
وأفعالا مخصوصة مفتتحة بتكبير الله تعلى مفتتمة بتسليم
Ibadah yang mengandung ucapan-ucapan dan amalan-amalan yang
khusus, dimulai dengan mengagungkan Allah (takbir), diakhiri dengan salam.[1]
2.
BIOGRAFI PERAWI
1.
Ahmad
Dia adalah Abu Abdullah, Ahmad bin
Muhammad bin Hambal. Baliau dilahirkan pada bulan Rabi’ul awal tahun 164
Hijriyah dan meninggal pada tahun 241 Hijriyah di kota Baghdad. Beliau telah mempelajari
hadist ini sejak kecil dan untuk mempelajari hadis ini beliau pernah pindah
atau merantau ke Syam (syuriah), Hijaz, Yaman dan negara-negara lainnya,
sehingga beliau menjadi tokoh ulama yang bertakwa, shaleh dan zuhud. Abu Zur’ah
mengatakan: kitabnya sebanyak 12 buah yang sudah beliau hafal diluar kepala.
Beliau menghafal sejuta hadist. As-Syafi’i mengatakan tentang diri Ahmad bin
Hambal itu sebagai berikut: setelah saya keluar dari Baghdad, tidak ada orang
yang saya tinggalkan di sana yang lebih terpuji, lebih shaleh dan yang lebih
berilmu dari pada Ahmad bin Hambal. Beliau mengarang kitab: “Al Musnadu Kabir”
yang termasuk sebesar-besarnya kitab “musnad” dan sebaik-baiknya karangan
beliau dan sebaik-baiknya penelitian hadist. Beliau tidak memasukkan dalam
kitabnya selain yang dibutuhkan dalam hujjah. Kitab musnad ini berisi lebih
dari tujuh ratus lima puluh hadist.
2.
Al-Bukhari
Nama
lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il Al Bukhari. Beliau dilahirkan pada
bulan Syawal tahun 194 dinegeri Bukhara dan meninggal di negeri: Samarkand,
waktu isya’ hari Jum’at malam sabtu bertepatan dengan malam ‘Idul Fitri tahun
256 Hijriyah dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau sudah mempelajari
hadist sejak kecil. Beliau endatangi beberapa guru sejak umur 11 tahun dan
mulai mendengar hadist ini sejak dinegeri kelahirannya Bukhara, kemudian beliau
memelihara ke beberapa negara. Beliau telah mendengar hadist dan telah
mengarang kitab shahih yang memuat enam ratus ribu hadist. Beliau menyusun
kitabnya itu di Makkah. Pernyataan beliau tentang kitab shahihnya itu sebagai
berikut : “Tidak ada yang saya masukkan dalam kitab shahih ini kecuali
hadist-hadist shahih saja”. Selanjutnya beliau menyaakan: “Saya telah menghafal
seratus ribu hadist shahih dan seribu hadist ya ng tidak shahih.
3.
Muslim
Nama lengkapnya Muslim bin Al-Hajjaj
Al-Qusyairy. Beliau dilahirkan pada tahun 204 Hijriyah dan meninggal dunia pada
sore hari ahad bulan rajab tahun 261 Hijriyah dan dikuburkan di Naisaburi.
Beliau juga sudah belajar hadist sejak kecil seperti Al Bukhariy dan pernah
mendengar dari guru-guru Al Bukhariy dan ulama-ulama lain selain mereka. Orang
yang menerima hadist dari beliau itu, termasuk tokoh-tokoh ulama pada masanya.
Beliau juga telah menyusun beberapa karangan yang bermutu dan bermanfaat. Yang
paling bermanfaat ialah kitab shahihnya. Kitab ini mencapai mutu yang tinggi
karena sistematisnya, lebih sistematis
dari shahih Al Bukhari. Kedua kitab shahih: Al Bukhari dan Muslim ini
biasa disebut dengan istilah: Ash-Shahihain berarti kitab shahih Al Bukhari dan
Muslim. Kedua tokoh ulama hadist itu biasa disebut Ash Shaykhani atau Ash
Shaykhaini yang berarti dua orang tua, dan tokoh ulama ahli hadist. Dalam kitab
“Ihya’ ulu-muddin” karangan Imam Al-Ghazaly terdapat istilah: Akhrajahu yang
berarti mereka berdua telah meriwayatkannya, yang maksudnya ialah Al-Bukhary
dan Muslim.
4.
AbuDaud
Nama lengkapnya Sulaian Al ‘Asy’ats As
Sijistany. Beliau dilahirkan pada tahun 202 hijriyah dan meninggal dunia pada
tahun 275 hijriyah di Bashrah. Dilihat dari tahun kelahirannya, maka Abu Daud
lebih tua dari Imam Muslim. Beliau pernah belajar hadist dari Imam Ahmad, Al
Qanabiy, Sulaian bin Harb dan ulama-ulaa lain selain mereka. Banyak ulama yang
meriwayatkan hadist dari beliau. Diantaranya: At-Turmudzy dan An-Nasa’iy. Abu
Daud mengatakan: “Saya menulis hadist dari nabi saw sebanyak lima ratus ribu
hadist lalu saya pilih dari sekian banyak hadist itu dan saya masukkan ke dalam
kitab Sunan, sebanyak empat ribu hadist”. Beliau menyusun kitab sewaktu berada di
Baghdad. Beliau pernah memperlihatkan kitabnya itu kepada Imam Ahmad untuk
meminta saran-saran perbaikan bagi kitab Sunannya itu.
Al Khatobiy mengomentari kitabnya itu
dengan mengatakan: bahwa kitab “Sunan Abu Daud” itu sebaik-baiknya karangan dan
isinya lebih banyak Fiqihnya dari pada kitab shahih Al Bukhariy dan Muslim.
Ibnu A’rabiy mengomentari kitab itu
dengan mengatakan: barang siapa yang sudah menguasai Al-Qur’anul Karim dan
kitab Sunan Abu Daud, maka ia idak membutuhkan kitab-kitab lain lagi. Al-Ghazaliy
juga mengatakan: kitab Sunan Abu Daud itu sudah cukup bagi seorang Mujtahid
untuk menadi landasan hukum.
5.
At Turmudzy
Atau At Tirmidzy, nama lengkapnya Abu
Isa Muhammadbin Isa bin Surah At Turmudzy atau At Tirmidzy. Beliau pernah
belajar hadist dari Al Bukhary. Beliau sudah menyusun kitab “Sunan dan Kitab Al
‘ilal. Beliau mengatakan: “Saya sudah pernah menunjukkan kitab “Sunan”ku kepada
ulama-ulama Hijaz, Iraq, Khurasan dan mereka semuanya setuju dengan kitab itu.
Al Hakim mengatakan: Saya pernah mendengar
Umar bin ‘Alak mengomentari pribadi Turmudzy sebagai berikut: Kematian Al
Bukhary tidak meninggalkan muridnya yang lebih pandai di Kurasan selain dari
pada At Turmudzy dalam hal luas ilmunya dan hafalannya.
6.
An Nasa’iy
Nama lengkapnya Ahmad bin Syu’aib Al
Khurasany. Beliau terkenal dengan An Nasa’iy karena dinisbahkan dengan kota
Nasa’i, salah satu kota di Khurasan. Beliau dilahirkan pada tahun 215 Hijriyah.
Demikian menurut: Adz Dzahabiy. Dan beliau meninggal dunia pada hari senin
tanggal 1 bulan safar tahun 303 Hijriyah di Palestina dan beliau dikuburkan di
Baitul Maqdis. Beliau menerima hadist dari Sa’id, Ishaq, bin Rahawaih dan
ulama-ulama lainnya selain itu dari kalangan tokoh tokoh ulama ahli hadist yang
berada di Khurasan, Hijaz, Iraq, Mesir, Syam dan Jazirah. Beliau termasuk
diantara ulama yang ahli dalam bidang ini dan teristimewa dengan pengetahuannya
di bidang lain dan karena ketinggian sanad hadistnya. Menurut penilaian
tokoh-tokoh ulama hadist bahwa beliau lebih kuat hafalannya dari Muslim dan
kitab Sunannya termasuk yang paling hadist dla’ifnya setelah kedua kitab shahih
Al Bukhary dan Muslim. Beliau pernah menetap di Mesir.
7.
Ibnu Majah
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad
bin Yazid bin Abdullah bin Majah Al Khuzwainy. Beliau dilahirkan pada tahun 207
Hijriyah dan meninggal pada hari selasa delapan hari sebelumberakhirnya bulan
Ramadhan tahun 275. Beliau menuntut ilmu ini di beberapa negara hingga beliau
mendengar hadist dari ulama-ulama madzhab maliki dan Al Laits. Sebaliknya juga
ulama yang menerima hadist dari beliau.
Ibnu Majah menyusun kitab “Sunan” dan
kitab beliau ini sebelumnya, tidak mempunyai tingkatan, atau tidak termasuk
dalam kelompok “Kutubus Sittah” karena di dalam kitabnya ini banyak sekali
hadist dlaif bahkan banyak hadist munkar. Oleh karena itulah ulama-ulama terdahulu memasukkan kitab “Al
Muattho” karya Imam Malik dalam kelompok perawi yang lima (Al Khamsah). Menurut
penyusun (Ibnu Hajar), ulama yang pertama sekali mengelompokkan atau memasukkan
Ibnu Majah dalam kelompok “Al Khamsah” itu ialah: Abul Fadlli bin Thahir, dalam
kitabnya Al Athraf kemudian disusul oleh Abdul Ghaniy dalam kitabnya “Asma’ur
Rijal”.[2]
3. SEJARAH SHALAT
حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ قَالَ فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ قَالَ فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِي يَرْبِطُ بِهِ الْأَنْبِيَاءُ قَالَ ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ خَرَجْتُ فَجَاءَنِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ فَاخْتَرْتُ اللَّبَنَ فَقَالَ جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اخْتَرْتَ الْفِطْرَةَ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِآدَمَ فَرَحَّبَ بِي وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِابْنَيْ الْخَالَةِ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَيَحْيَى بْنِ زَكَرِيَّاءَ صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِمَا فَرَحَّبَا وَدَعَوَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِيُوسُفَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا هُوَ قَدْ أُعْطِيَ شَطْرَ الْحُسْنِ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الرَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قَالَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِدْرِيسَ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
{ وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا }
ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الْخَامِسَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِهَارُونَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِمُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِبْرَاهِيمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُسْنِدًا ظَهْرَهُ إِلَى الْبَيْتِ الْمَعْمُورِ وَإِذَا هُوَ يَدْخُلُهُ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ لَا يَعُودُونَ إِلَيْهِ ثُمَّ ذَهَبَ بِي إِلَى السِّدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَإِذَا وَرَقُهَا كَآذَانِ الْفِيَلَةِ وَإِذَا ثَمَرُهَا كَالْقِلَالِ قَالَ فَلَمَّا غَشِيَهَا مِنْ أَمْرِ اللَّهِ مَا غَشِيَ تَغَيَّرَتْ فَمَا أَحَدٌ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَنْعَتَهَا مِنْ حُسْنِهَا فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيَّ مَا أَوْحَى فَفَرَضَ عَلَيَّ خَمْسِينَ صَلَاةً فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَنَزَلْتُ إِلَى مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا فَرَضَ رَبُّكَ عَلَى أُمَّتِكَ قُلْتُ خَمْسِينَ صَلَاةً قَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا يُطِيقُونَ ذَلِكَ فَإِنِّي قَدْ بَلَوْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَخَبَرْتُهُمْ قَالَ فَرَجَعْتُ إِلَى رَبِّي فَقُلْتُ يَا رَبِّ خَفِّفْ عَلَى أُمَّتِي فَحَطَّ عَنِّي خَمْسًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقُلْتُ حَطَّ عَنِّي خَمْسًا قَالَ إِنَّ أُمَّتَكَ لَا يُطِيقُونَ ذَلِكَ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ قَالَ فَلَمْ أَزَلْ أَرْجِعُ بَيْنَ رَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَبَيْنَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَام حَتَّى قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنَّهُنَّ خَمْسُ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ لِكُلِّ صَلَاةٍ عَشْرٌ فَذَلِكَ خَمْسُونَ صَلَاةً وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ شَيْئًا فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ سَيِّئَةً وَاحِدَةً قَالَ فَنَزَلْتُ حَتَّى انْتَهَيْتُ إِلَى مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ قَدْ رَجَعْتُ إِلَى رَبِّي حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ مِنْهُ
Telah menceritakan kepada kami Syaiban bin Farrukh telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah telah menceritakan kepada kami Tsabit al-Bunani dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut buraq tersebut mencapai ujungnya." Beliau bersabda lagi: "Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitul Maqdis." Beliau bersabda lagi: "Kemudian aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para Nabi. Sejurus kemudian aku masuk ke dalam masjid dan mendirikan shalat sebanyak dua rakaat. Setelah selesai aku terus keluar, tiba-tiba aku didatangi oleh Jibril dengan membawa semangkuk arak dan semangkuk susu. Dan aku pun memilih susu. Lalu Jibril berkata, 'Kamu telah memilih fitrah'. Lalu Jibril membawaku naik ke langit. Ketika Jibril meminta agar dibukakan pintu, maka ditanyakan, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Ditanyakan lagi, 'Siapa yang bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutus? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutus.' Maka dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Adam, dia menyambutku serta mendoakanku dengan kebaikan. Lalu aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril lalu minta supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapa yang bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril pun meminta supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Yusuf Alaihis Salam, ternyata dia telah dikaruniakan dengan kedudukan yang sangat tinggi. Dia terus menyambut aku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril pun meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Idris Alaihis Salam, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Allah berfirman: '(Dan kami telah menganggkat ke tempat yang tinggi darjatnya) '. Aku dibawa lagi naik ke langit kelima. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Harun Alaihissalam, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keenam. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Musa, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit ketujuh. Jibril meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawabnya, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Ibrahim Alaihissalam, dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitul Makmur. Keluasannya setiap hari bisa memasukkan tujuh puluh ribu malaikat. Setelah keluar, mereka tidak kembali lagi kepadanya (Baitul Makmur). Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar seperti telinga gajah dan ternyata buahnya sebesar tempayan." Beliau bersabda: "Ketika beliau menaikinya dengan perintah Allah, maka sidrah muntaha berubah. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya karena indahnya. Lalu Allah memberikan wahyu kepada beliau dengan mewajibkan shalat lima puluh waktu sehari semalam. Lalu aku turun dan bertemu Nabi Musa Alaihissalam, dia bertanya, 'Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu kepada umatmu? ' Beliau bersabda: "Shalat lima puluh waktu'. Nabi Musa berkata, 'Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Aku pernah mencoba Bani Israel dan menguji mereka'. Beliau bersabda: "Aku kembali kepada Tuhan seraya berkata, 'Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku'. Lalu Allah subhanahu wata'ala. mengurangkan lima waktu shalat dari beliau'. Lalu aku kembali kepada Nabi Musa dan berkata, 'Allah telah mengurangkan lima waktu shalat dariku'. Nabi Musa berkata, 'Umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi'. Beliau bersabda: "Aku masih saja bolak-balik antara Tuhanku dan Nabi Musa, sehingga Allah berfirman: 'Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan lima waktu sehari semalam. Setiap shalat fardu dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat. Maka itulah lima puluh shalat fardu. Begitu juga barangsiapa yang berniat, untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, niscaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barangsiapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya, niscaya tidak dicatat baginya sesuatu pun. Lalu jika dia mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya'. Aku turun hingga sampai kepada Nabi Musa, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih saja berkata, 'Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan'. Aku menjawab, “Aku telah pulang pergi kepada Tuhanku, sampai aku malu kepada-Nya”. Hadist ini ditakhrijkan oleh Muslim.[3]
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ قَالَ فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ قَالَ فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِي يَرْبِطُ بِهِ الْأَنْبِيَاءُ قَالَ ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ خَرَجْتُ فَجَاءَنِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ فَاخْتَرْتُ اللَّبَنَ فَقَالَ جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اخْتَرْتَ الْفِطْرَةَ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِآدَمَ فَرَحَّبَ بِي وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِابْنَيْ الْخَالَةِ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَيَحْيَى بْنِ زَكَرِيَّاءَ صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِمَا فَرَحَّبَا وَدَعَوَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِيُوسُفَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا هُوَ قَدْ أُعْطِيَ شَطْرَ الْحُسْنِ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الرَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قَالَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِدْرِيسَ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
{ وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا }
ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الْخَامِسَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِهَارُونَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِمُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ عَرَجَ إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِبْرَاهِيمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُسْنِدًا ظَهْرَهُ إِلَى الْبَيْتِ الْمَعْمُورِ وَإِذَا هُوَ يَدْخُلُهُ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ لَا يَعُودُونَ إِلَيْهِ ثُمَّ ذَهَبَ بِي إِلَى السِّدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَإِذَا وَرَقُهَا كَآذَانِ الْفِيَلَةِ وَإِذَا ثَمَرُهَا كَالْقِلَالِ قَالَ فَلَمَّا غَشِيَهَا مِنْ أَمْرِ اللَّهِ مَا غَشِيَ تَغَيَّرَتْ فَمَا أَحَدٌ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَنْعَتَهَا مِنْ حُسْنِهَا فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيَّ مَا أَوْحَى فَفَرَضَ عَلَيَّ خَمْسِينَ صَلَاةً فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَنَزَلْتُ إِلَى مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا فَرَضَ رَبُّكَ عَلَى أُمَّتِكَ قُلْتُ خَمْسِينَ صَلَاةً قَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا يُطِيقُونَ ذَلِكَ فَإِنِّي قَدْ بَلَوْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَخَبَرْتُهُمْ قَالَ فَرَجَعْتُ إِلَى رَبِّي فَقُلْتُ يَا رَبِّ خَفِّفْ عَلَى أُمَّتِي فَحَطَّ عَنِّي خَمْسًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقُلْتُ حَطَّ عَنِّي خَمْسًا قَالَ إِنَّ أُمَّتَكَ لَا يُطِيقُونَ ذَلِكَ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ قَالَ فَلَمْ أَزَلْ أَرْجِعُ بَيْنَ رَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَبَيْنَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَام حَتَّى قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنَّهُنَّ خَمْسُ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ لِكُلِّ صَلَاةٍ عَشْرٌ فَذَلِكَ خَمْسُونَ صَلَاةً وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ شَيْئًا فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ سَيِّئَةً وَاحِدَةً قَالَ فَنَزَلْتُ حَتَّى انْتَهَيْتُ إِلَى مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ قَدْ رَجَعْتُ إِلَى رَبِّي حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ مِنْهُ
Telah menceritakan kepada kami Syaiban bin Farrukh telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah telah menceritakan kepada kami Tsabit al-Bunani dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut buraq tersebut mencapai ujungnya." Beliau bersabda lagi: "Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitul Maqdis." Beliau bersabda lagi: "Kemudian aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para Nabi. Sejurus kemudian aku masuk ke dalam masjid dan mendirikan shalat sebanyak dua rakaat. Setelah selesai aku terus keluar, tiba-tiba aku didatangi oleh Jibril dengan membawa semangkuk arak dan semangkuk susu. Dan aku pun memilih susu. Lalu Jibril berkata, 'Kamu telah memilih fitrah'. Lalu Jibril membawaku naik ke langit. Ketika Jibril meminta agar dibukakan pintu, maka ditanyakan, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Ditanyakan lagi, 'Siapa yang bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutus? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutus.' Maka dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Adam, dia menyambutku serta mendoakanku dengan kebaikan. Lalu aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril lalu minta supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapa yang bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril pun meminta supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Yusuf Alaihis Salam, ternyata dia telah dikaruniakan dengan kedudukan yang sangat tinggi. Dia terus menyambut aku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril pun meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Idris Alaihis Salam, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Allah berfirman: '(Dan kami telah menganggkat ke tempat yang tinggi darjatnya) '. Aku dibawa lagi naik ke langit kelima. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Harun Alaihissalam, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keenam. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Musa, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit ketujuh. Jibril meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawabnya, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Ibrahim Alaihissalam, dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitul Makmur. Keluasannya setiap hari bisa memasukkan tujuh puluh ribu malaikat. Setelah keluar, mereka tidak kembali lagi kepadanya (Baitul Makmur). Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar seperti telinga gajah dan ternyata buahnya sebesar tempayan." Beliau bersabda: "Ketika beliau menaikinya dengan perintah Allah, maka sidrah muntaha berubah. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya karena indahnya. Lalu Allah memberikan wahyu kepada beliau dengan mewajibkan shalat lima puluh waktu sehari semalam. Lalu aku turun dan bertemu Nabi Musa Alaihissalam, dia bertanya, 'Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu kepada umatmu? ' Beliau bersabda: "Shalat lima puluh waktu'. Nabi Musa berkata, 'Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Aku pernah mencoba Bani Israel dan menguji mereka'. Beliau bersabda: "Aku kembali kepada Tuhan seraya berkata, 'Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku'. Lalu Allah subhanahu wata'ala. mengurangkan lima waktu shalat dari beliau'. Lalu aku kembali kepada Nabi Musa dan berkata, 'Allah telah mengurangkan lima waktu shalat dariku'. Nabi Musa berkata, 'Umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi'. Beliau bersabda: "Aku masih saja bolak-balik antara Tuhanku dan Nabi Musa, sehingga Allah berfirman: 'Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan lima waktu sehari semalam. Setiap shalat fardu dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat. Maka itulah lima puluh shalat fardu. Begitu juga barangsiapa yang berniat, untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, niscaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barangsiapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya, niscaya tidak dicatat baginya sesuatu pun. Lalu jika dia mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya'. Aku turun hingga sampai kepada Nabi Musa, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih saja berkata, 'Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan'. Aku menjawab, “Aku telah pulang pergi kepada Tuhanku, sampai aku malu kepada-Nya”. Hadist ini ditakhrijkan oleh Muslim.[3]
4.
SHALAT FARDHU DAN
HUKUM-HUKUMNYA
A.
Hukum Difardhukannya
Shalat
عن عبدالله بن عمر قال :قال رسول الله ص م
" بني الاسلا م على خمس : شهادة ان لااله الا الله وأن محمدارسول الله, واقام
االصلاة,وإيتاءالزكاةوحج البيت, وصوم رمضان" متفق عليه
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: Rasulullah
saw bersabda: “Islam terdiri atas lima rukun: mengakui tidak ada Tuhan
melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah; mendirikan shalat;
menunaikan zakat; hajji ke Baitullah; dan puasa ramadhan”. (H.R. Ahmad, Bukhari
dan Muslim).[4]
Hadist tersebut menyatakan bahwa islam
dibangun atas lima sendi: dua syahadat,
shalat, zakat, shiyam (puasa), dan haji.[5]
وعن انس بن مالك رضى الله عنه قال : فرضت
على النبي ص م الصلوات نيلة أسري به خمسين,ثم نقصت حتى جعلت خمسا, ثم
نودي:يامحمد,انه لا يبدل القول لدي. وإن لك بهذه الخمس خمسين . رواه احمد والنسائ
والترمذي وصححه
Dan dari Anas bin Malik, ia berkata:
Diwajibkan sembahyang-sembahyang itu atas Nabi saw pada malam isra’, lima puluh
kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima kali, kemudian Nabi dipanggil:
Ya Muhammad, sesungguhnya tidak diganti (diubah) ketetapan itu disisi-Ku. Dan
sesungguhnya lima kali ini sama dengan lima puluh kali. (H.R. Ahmad, Nasai, dan
Tirmidzie. Dan Tirmidzie mengesahkannya).[6]
Hadist tersebut menurut At-Turmudzy,
hadist ini shahih. Di dalam Al-Bukhary dan Muslim terdapat hadist yang semakna
dengan ini dari jalan lain. Hadist ini menyatakan, bahwa shalat yang
difardhukan bagi tiap mukallaf ialah shalat fardhu lima waktu. Shalat lima
tersebut difardhukan pada malam Isra’ Nabi saw.[7]
وعن عا ئشة قالت : فرضت
ائصلاة ركعتين,ثم ها جر ففرضت اربعا,وتر كت صلاةالسفرعلى لأول. رواه احمدوالبخاري
Dan dari ‘Aisyah, ia berkata: (pertama
kali) diwajibkan sembahyang itu dua
raka’at, kemudian Nabi hijrah, lalu diwajibkan empat raka’at. Dan dibiarkan shalat
safar menurut ketentuan yang pertama (yaitu: dua raka’at). (H.R. Ahmad dan
Bukhari).[8]
Ahmad meriwayatkan hadist tersebut
dengan memakai tambahan, kecuali Maghrib. Maghrib itu sejak mulanya difardhukan
tiga raka’at. Hadist tersebut menyatakan, bahwa shalat lima hukumnya fardhu;
dan menyatakan pula bahwa shalat Dzuhur, Ashar dan Isya’ difardhukan empat
raka’at dalam hadhar (di kampung) dan difardhukan dua-dua raka’at dalam safar
(perjalanan).[9]
وعن
طلحة بن عبيدالله ان اعرابياجاء الى رسول الله ص م ثائرالرأس,فقال :
يارسوالله,اخبرني ,مافرض الله على من الصلاة ؟ فقال "الصلوات الخمس, الاان
تطوع شيئا " قال : اخبرنى مافرض الله على من الصيام ؟فقال "شهررمضان,
الا ان تطوع شيئا " قال : اخبري ما فرض الله على من الزكاة ؟ قال : فاخبره
رسول الله ص م بشرا ئع الاسلام كلها . فقال : والذى اكرمك لااطوع شيئا ولاانقص مما
فرض الله على شيئا . فقال رسول الله ص م " افلح ان صدق- او- دخل الجنة ان
صدق" متفق عليه
Dan dari Thalhah bin Ubaidillah, bahwa
seorang Baduwi datang kepada Rasulullah saw dalam keadaan rambutnya kasut, apa
yang Allah wajibkan kepadaku dari shalat? Ia menjawab: Shalat-shalat yang lima,
kecuali engkau lakukannya yang sunnat. Ia bertanya Beritahukanlah kepadaku ,
apa yang Allah wajibkan kepadaku dari puasa? Ia menjawab: Puasa bulan Ramadhan,
kecuali engkau lakukan yang sunnat. Ia bertanya: Beritahukanlah kepadaku, apa
yang Allah wajibkan kepadaku dari zakat? Thalhah berkata: Lalu Rasulullah saw
memberitahukan kepadanya tentang syariat-syariat islam seluruhnya. Lalu Baduwi
itu berkata: Demi dzat yang memuliakan engkau, saya tidak akan menambah dan
tidak akan mengurangi seikitpun dari apa-apa yang telah diwajibkan oleh Allah
kepada saya. Lalu Rasulullah saw bersabda: Pasti ia akan bahagia, apabila benar; atau pasti ia akan masuk surge, apabila benar.”
(H.R. Ahmad, Bukhari dan Muslim).[10]
Hadist tersebut menyatakan bahwa: shalat
yang difardhukan lima saja dalam sehari semalam, bahwa puasa yang difardhukan
adalah puasa Ramadhan saja, dan bahwa sedekah yang difardhukan hanya zakat
saja.
Menurut dugaan kebanyakan ahli hadist, orang
arab yang menanyakan hal ini kepada Nabi, seoran dari Najd yang bernama
Dhumamah ibn Tsa’labah Al-Asadi.
Ibnu Rajab dalam Jami’ul Ulum mengatakan,
“ Sensi-sendi bangunan islam ini saling terkait satu sama lainnya.”
Diriwayatkan dari Nabi saw bahwa Allah tidak membenarkan kita mencukupi dengan
sebagiannya saja. Maka seorang yang tidak puas umpamanya, hanya mengerjakan
shalat saja, maka shalatnya tidak diterima Allah, karena lima sendi islam
adalah saling mendukung dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Menurut pandangan
syara’ merupakan kesatuan yang utuh.
Atha’ mengatakan, “Bangunan Islam yang
didirikan atas lima sendi ini, Allah tidak menerima salah satunya, kalau tidak
lengkap kelima-limanya. Sendi islam yang lima tersebut ialah:
a.
Beriman kepada Allah
dan Muhammad adalah utusan-Nya, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, surge neraka,
dan akan hidup sesudah mati. Semuanya ini dipandang satu.
b.
Shalat lima, merupakan
tiang agama. Allah tidak menerima iman seseorang tanpa mendirikan shalat.
c.
Zakat, adalahpensuci
diri dari dosa. Allah tidak menerima iman dan shalat, melainkan dengan
memberikan zakat. Barang siapa yang melaksanakan tiga ini, namun di bulan
ramadhan tidak berpuasa, maka Allah tidak menerima sendi-sendi yang teah
dikerjakan. Barang siapa mengerjakan puasa, tetapi tidak mau berhaji setelah
mampu, maka keempat ibadah lain tidak diterima Allah.
Fuqaha sepakat tentang fardhunya shalat
lima waktu. Seluruh ulama islam berpendapat, shalat lima waktu diardhukan atas
tiap-tiap orang yang mukallaf. Dalam hal ini fuqaha berbeda pendapat tentang
wajibnya shalat selain dari shalat lima waktu. Sebagian fuqaha mengatakan,
diantaranya As-Syafi’I, bahwa shalat yang difardhukan hanya shalat lima saja.
Selainnya sunnat semua. Sebagian fuqaha yang lain mengatakan, bahwa selain shalat
lima waktu, ada juga shalat yang diwajibkan.
Abu Hanifah mengatakan, shalat adalah
wajib hukumnya. Sebagian muhaqqiqiqn mengatakan, selain shalat lima waktu,
difardhukan juga shalat hari raya. Demikian pendapat Ibnu Taimiyah dalam Ikhtiyarat.
Apabila islam kita misalkan sebagai
sebuah bangunan rumah yang sempurna, maka sendi-sendi yang lima tersebut
merupakan sendi-sendi yang terpokok yang menjadi dasar dan asas. Tidak kita
anggap rumah islam itu sempurna tanpa salah satu asasnya.
Selanjutnya, dapat pula kita pahami dari
hadist tersebut bahwa pada malam isra’, Allah memerintahkan Nabi saw
mengerjakan Dzuhur, Ashar dan Isya’ sebanyak dua rakaat. Sesudah Nabi hijrah ke
Madinah baru ditetapkan menjadi empat rakaat.[11]
B.
Hukum Meninggalkan
Shalat
Meninggalkan shalat karena inkar atas
(kewajiban melaksanakannya) merupakan
bentuk kekufuran dan mengeluarkan yang bersangkutan dari agama islam. Hal ini
sesuai dengan ijma’ (kesepakatan) kaum
muslimin, adapun orang yang meninggalkan shalat, sementara dia masih beriman
dan meyakini kewajiban melaksanakannya, hanya saja dia malas melakukannya atau
karena adanya alasan yang tidak dapat diterima oleh syara’, ada beberapa hadist
yang dengan jelas menjelaskan akan kekufurannya. Diantara hadist yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
a.
Jabir berkata,
Rasulullah saw bersabda:
بين
الرجل وبين الكفر ترك الصلاة
“Antara seseorang
dengan kekufuran adalah meninggalkan shalat”. (H.R. Ahmad, Muslim, Abu Daud,
Tirmidzi dan Ibnu Majah).
b.
Buraidah berkata,
Rasulullah saw bersabda:
العهدالذبينناوبينهم
الصلاة , فمن تركهافقدكفر
“Perjanjian (perbedaan)
antara kami dan mereka adalah shalat. Maka barang siapa yang meninggalkan
shalat, sungguh dia telah kafir”. (H.R.
Ahmad, Abu Daud, Tirmidzie, Nasai
dan Ibnu Majah).
Hakim berkata, ini adalah
hadist yang memiliki sanad shahih. Bahkan tidak satupun ditemukan kecacatannya.
Imam Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa riwayat Abdullah bin Buraidah dari
ayahnya sebagai hujjah. Imam Muslim juga menyatakan Al-Husin bin Waqid bisa
dijadikan sebagai hujjah. Namun Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya dengan
lafal hadist ini. Oleh karena itu, hadist ini mempunyai bukti dan penguat yang
shahih menurut syarat Bukhari dan
Muslim.
c.
Abdullah bin Amar bin
Al-Ash, dari Rasulullah saw suatu ketika, beliau menyebut tentang masalah
shalat. Beliau bersabda:
من
حا فظ عليها كانت له نورا وبرهاناونجاة من النار يوم القيامة ومن لم يحا فظ
“Barang siapa yang
menjaga shalat maka ia akan menjadi cahaya, bukti dan penyelamat baginya dari
api neraka pada hari kiamat. Dan barang siapa yang tidak menjaganya maka tidak
ada baginya cahaya, keselamatan dan juga bukti. Dia nanti pada hari kiamat
dikumpulkan bersama Qarun, Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf”. (H.R. Ahmad,
Thabran dan Ibnu Hibban). Dia menyatakan bahwa sanad hadist ini jayyid.
Pernyataan yang
menyatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat kelak di alam akhirat akan dikumpulkan bersama
pemimpin orang-orang kafir, menunjukkan akan kekufurnnya. Ibnu Qayyim berkata,
“Orang yang tidak bisa menjaga shalat bisa jadi disebabkan kesibukannya dengan
kekayaan, kerajaan, kekuasaan dan perniagaannya. Bagi orang yang sibuk dengan
kekayaannya, dia kan dikumpulkan bersama Qarun. Bagi orang yang sibuk mengurusi
kerajaannya, dia akan dikumpulkan bersama Fir’aun. Bagi orang yang sibuk
bersama dengan urusan kekuasaan dan jabatan, dia akan dikumpulkan bersama
Haman. Dan bagi orang yang disibukkan dengan urusan perniagaannya, dia akan
dikumpulkan bersama Ubay bin Khalaf”.
d.
Abdullah bin
Syuqaiq Al-Uqaili berkata:
عليها
لم تكن له نورا ولا نجاة ولا برهانا وكان يوم القيمة مع قارون وفرعون وهامان وأبي
بن خلف
“Para sahabat tidak ada yang memandang sesuatu
yang jika ditinggalkan akan menjadikannya kafir selain meninggalkan shalat”.
(H.R. Tirmidzie dan Hakim). Dia menyatakan bahwa hadist ini shahih mengikuti
syarat Bukhari dan Muslim.
e.
Muhammad bi Nash
Al-Mirwazi berkata, Aku mendengar Ishak berkata, benar dari Rasulullah saw,
bahwa orang yang meninggalkan shalat dia adalah kafir. Begitu juga pendapat
yang dikemukakan oleh para ulama yang bersandar pada sabda Rasulullah saw,
bahwasanya orang yang meninggalkan shalatdengan disertai unsure kesengajaan dan
tanpa adanya uzur, sampai waktu shalat habis, maka dia kafir.
f.
Ibnu Hazm berkata, ada
berita yang berasal dari Umar, Abdurrahman bin Auf, Muadz bin Jabal, Abu
Hurairah dan para sahabat yang lain, bahwasanya seseorang yang meninggalkan
shalat satu fardhu dengan sengaja, sampai waktunya telah habis, maka dia telah
kafir dan murtad. Dan kami tidak mendapat perbedaan diantara mereka. Pernyataan
ini disebutkan oleh Al-Mundziri dalam kitab at-Targhib wa at-Tarhib.
Lebih lanjut ia berkata, sebagian para sahabat dan orang yang setelahnya
menyatakan kafir bagi orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja sampai
waktu untuk menjalankan habis. Diantara mereka adalah Umar bi Khattab, Abdullah
bin Mas’ud, Abdullah bin Abbas, Muadz bi Jabal, Jbir bin Abdullah dan Dardark.
Adapun selain kalangan sahabat adalah Ahmad bin Hambal, Ishak bin Ruhawiyah,
Abdullah bin Mubarak, Nakhai, Hakam bin Utaibah, Abu Ayyub As-Sakhtiyani, Abu
Daud At-Thayalisi, Abu Bakar bin Abu Syaibah, Zuhair bin Harb dan yang lainnya.[12]
BAB III
1.
Kesimpulan
Sholat secara
bahasa menurut para ahli berarti doa, Pengertian
shalat yang berarti berdoa ini tercantum
dalam
Al-Qur’an dan hadis. Dalam firman Allah disebutkan:
وصل عليهم إن صلا تك سكن
لهم والله سميع عليم
“Dan
doakanlah mereka, sesungguhnya doamu menentramkan mereka. Dan Allah itu Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Surat At-Taubah: 103
Adapun
shalat menurut syara’ adalah:
عبادة تتضمن أقوال
وأفعالا مخصوصة مفتتحة بتكبير الله تعلى مفتتمة بتسليم
Ibadah yang mengandung ucapan-ucapan dan amalan-amalan yang
khusus, dimulai dengan mengagungkan Allah (takbir), diakhiri dengan salam.[13]
Sholat mulai
disyariatkan kepada umat islam ketika Nabi Muhammad SAW melakukan isra’ mi’raj.
Katika itu banyak sekali kejadian-kejadian ghaib yang sangat mengesankan dan
berakhir dengan adanya perintah dari ALLAH SWT tentang kewajiban untuk
melaksanakan sholat lima waktu.
وعن انس بن مالك رضى الله عنه قال : فرضت
على النبي ص م الصلوات نيلة أسري به خمسين,ثم نقصت حتى جعلت خمسا, ثم
نودي:يامحمد,انه لا يبدل القول لدي. وإن لك بهذه الخمس خمسين . رواه احمد والنسائ
والترمذي وصححه
Dan dari Anas bin Malik, ia berkata:
Diwajibkan sembahyang-sembahyang itu atas Nabi saw pada malam isra’, lima puluh
kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima kali, kemudian Nabi dipanggil:
Ya Muhammad, sesungguhnya tidak diganti (diubah) ketetapan itu disisi-Ku. Dan
sesungguhnya lima kali ini sama dengan lima puluh kali. (H.R. Ahmad, Nasai, dan
Tirmidzie. Dan Tirmidzie mengesahkannya).[14]
Hadist tersebut menurut At-Turmudzy,
hadist ini shahih. Di dalam Al-Bukhary dan Muslim terdapat hadist yang semakna
dengan ini dari jalan lain. Hadist ini menyatakan, bahwa shalat yang
difardhukan bagi tiap mukallaf ialah shalat fardhu lima waktu. Shalat lima
tersebut difardhukan pada malam Isra’ Nabi saw.
DAFTAR PUSTAKA
Dewan Hisbah PP Persatuan Islam, 2011, Risalah Shalat,
Bandung: Persis Press
Muhammad
Abubakar, 1992, Terjemahan
Subulus Salam, Surabaya: Al-Ikhlas
Lembaga Al-Qur’an dan Hadist, 1982, Kelengkapan Hadist
Qudsi, Semarang: CV. Toha Putra
Hamidy
Mu’ammal, dkk, 1974, Terjemahan
Nailul Authar Himpunan Hadist-hadist Hukum
jilid 1, Surabaya:
PT. Bina Ilmu
Ash-Shiddieqy
Hasbi TM, 2002, Koleksi
Hadist-hadist Hukum jilid 1, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra
Sabiq
Sayid, Fikih Sunnah, 2008, Jakarta:
Cakrawala Publising
[2] Muhammad Abubakar, Terjemahan
Subulus Salam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1992), hal. 12-15
[3] Lembaga Al-Qur’an dan
Hadist, Kelengkapan Hadist Qudsi, (Semarang:
CV. Toha Putra, 1982), hal. 213-221
[4] Hamidy Mu’ammal, dkk, Terjemahan
Nailul Authar Himpunan Hadist-hadist Hukum
jilid 1, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1974), hal. 265
[5] Ash-Shiddieqy Hasbi TM, Koleksi
Hadist-hadist Hukum jilid 1, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2002),
hal. 254
[6] Hamidy Mu’ammal, dkk, Terjemahan
Nailul Authar Himpunan Hadist-hadist Hukum
jilid 1, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1974), hal. 265
[7] Ash-Shiddieqy Hasbi TM, Koleksi
Hadist-hadist Hukum jilid 1, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2002),
hal. 254
[8] Hamidy Mu’ammal, dkk, Terjemahan
Nailul Authar Himpunan Hadist-hadist Hukum
jilid 1, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1974), hal. 266
[9] Ash-Shiddieqy Hasbi TM, Koleksi
Hadist-hadist Hukum jilid 1, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2002),
hal. 254
[10] Hamidy Mu’ammal, dkk, Terjemahan
Nailul Authar Himpunan Hadist-hadist Hukum
jilid 1, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1974), hal. 266
[11] Ash-Shiddieqy Hasbi TM, Koleksi
Hadist-hadist Hukum jilid 1, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2002),
hal. 254-256
[12] Sabiq Sayid, Fikih Sunnah, (Jakarta:
Cakrawala Publising, 2008), hal. 163-165
[14] Hamidy Mu’ammal, dkk, Terjemahan
Nailul Authar Himpunan Hadist-hadist Hukum
jilid 1, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1374), hal. 265
No comments:
Post a Comment